Bahan-Bakar-Kehidupan

Dalam hidup ini, setiap manusia berjalan di atas jalan panjang bernama takdir.
Namun, bukan takdir yang menentukan sejauh apa kita melangkah,
melainkan bahan bakar yang kita bawa di dalam jiwa.

Sebagian orang mengisi hidupnya dengan kemarahan, kekecewaan, atau luka masa lalu.
Mereka memang berjalan, tapi setiap langkah terasa berat.
Sebab mereka menggunakan rasa sakit sebagai bahan bakar.
Dan luka, bila tidak disembuhkan, hanya akan membakar dari dalam.

Namun ada juga mereka yang mengisi tangki hidupnya dengan impian, keyakinan, dan cinta.
Mereka yang setiap kegagalan jadikan pelajaran.
Setiap hinaan jadikan tangga.
Setiap air mata jadikan kekuatan untuk bangkit.
Sebab mereka tahu, bahwa bahan bakar kehidupan bukan sekadar motivasi sesaat,
tapi niat yang tulus dan alasan yang besar.

Lihatlah para pejuang.
Mereka yang hidupnya mungkin sederhana, tapi semangatnya menyala.
Mereka tidak digerakkan oleh uang, kekuasaan, atau ketenaran.
Mereka digerakkan oleh makna.
Oleh cinta kepada keluarga, kepada tanah air, kepada kemerdekaan, dan kepada Tuhannya masing-masing.

Dan sesungguhnya, manusia paling kuat bukanlah yang paling pintar atau paling kaya.
Tapi yang paling tahu mengapa ia hidup dan untuk apa ia berjuang.
Sebab ketika seseorang memiliki alasan yang cukup besar,
maka dia akan menemukan cara, kekuatan, bahkan jalan di tengah kehancuran.

Maka hari ini, tanyakanlah pada dirimu:

Apa bahan bakar hidupmu?
Apakah itu dendam? Ataukah harapan?
Apakah itu amarah? Ataukah cinta?

Karena hidup ini bukan tentang seberapa cepat kamu berlari.
Tapi tentang seberapa jauh kamu bisa melangkah… tanpa pernah padam.



Untukmu yang mencintai perjalanan, 03 Juli 2025

by: ceviherdianinsight.github.io